Miskonsepsi itu adalah pembelajaran terdiferensiasi dikaitkan dengan gaya belajar VAK (Visual, Auditori, dan Kinestetik).
Gaya belajar VAK ini sendiri belum memiliki definisi yang tepat dan masih diperdebatkan di beberapa ahli pendidikan.
Berbagai artikel jurnal menyatakan gaya belajar VAK adalah sebagai mitos. Kemitosan gaya belajar itu pun ditulis oleh Pak Nino Aditomo, Kepala BSKAP dalam http://www.ninoaditomo.com/2015/11/membongkar-mitos-gaya-belajar-1.html
Pembelajaran terdiferensisi itu dapat dilakukan dalam 3 hal. Salah satu atau salah dua boleh. Syukur-syukur salah tiga, maksud saya dilakukan semua yaitu diferensiasi konten, proses, dan produk.
Diferensiasi konten adalah disediakannya berbagai sumber atau media belajar. Dalam bentuk teks, gambar, video, audio, AR, dan lain-lain. Siswa gak perlu dikelompokkan misalnya, kelompok A belajar melalui teks, kelompok B melalui video, Kasih saja itu semua. Makin banyak sumber dan media belajar makin bagus.
Diferensiasi proses itu terkait dengan metode atau cara belajar, Misalnya dengan cara diskusi, bermain, praktikum, dll.
Diferensiasi produk adalah cara mengekspresikan hasil belajar, misal membuat rangkuman dalam bentuk teks, membuat paparan, membuat video bahkan puisi juga boleh.
Ketiga jenis diferensiasi itu dilakukan berdasarkan pertimbangan 3 hal yaitu kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar. Tentu penjelasan saya yang singkat ini tidak langsung Anda jadi paham, karena ini butuh praktik langsung, tidak cukup cuma membaca. Setidaknya punya bekal pengetahuan. Saya juga menyadari penjelasan saya belum tentu benar 100%.